PUISI - PUISI INDONESIA
Indonesia Merdeka
Kau puja dunia melampaui keterbatasmu
di beli dengan uang korupsimu
tak pernah berbekas dan tak akan puas
Maka jadilah pahlawan selagi matahari
berbuah uang
selagi uang memerdekakan
keajaiban-keajaiban yang
memungkinkan ambisi untuk berkuasa
Senyumlah selagi bisa. Segumpal
daging,
setetes keringat rakyat melenguh
seperti sapi
kenikmatan tiada tara, kenyang oleh
nafsu biologismu yang tersalur lewat perempuan yang lenguhnya identik sapi
perah.
Kilau matahari karena gesekan ampelas
malas terbit. Ingin segera ke
Timur dengan lagu sendu
cahayanya tak asli lagi Kemilau
karbon dan rumah kaca
melapisi perempuan setengah dada
memamerkan kangker di kulit tipis di pori-pori.
UNTUK NEGARA
Duniaku tanganmu telah sampai di
ujung gang busuk
tempat para penyelundup kutu busuk
arloji bermerek, laptop, hp
tanpa segel, dalam laci-laci plastik berderet dengan DVD, VCD, dan
film-film porno buatan Cina
Duniaku bukan hanya semakin
lelah hingga meramal kiamat 2012
Fantasi, fiktif atau phobia surga dan
neraka,fatwa-fatwa kiai dan para pendeta tak mengubah hidup para pemulung,
tukang beca, pedagang kaki lima,dan para buruh tani. Mereka adalah
kiamat itu sendiri.
Duniaku tanganmu kotor hingga dua
ribu dua belas kabut pada wajah-wajah para penakut. Khawatir emas mencair,
intan tak berkilau, uang-uang terbakar, mobil-mobil baby band tergerus arus.
Hingga, mereka mncari calo untuk membeli kiamat agar mereka selamat.
Maafkan aku ya Tuhan
Semua itu terjadi pada bangsaku
Negeri yang santun beragama,
Negeri kaya raya
Tetapi, para pedagang yang ramah,
hingga laut kehilangan ikan, hingga hutan kehilangan daun, hingga gunung
kehilangan tanah, hingga pohon kehilangan air.
Hilang I
(You will never know the deep despair
of those
Whose life is aimless and void of
vurvose)
kemudian
waktu mengalir pada detak jantung
menghitung
setiap pertemuan lalu pergi
hingga
kehilangan tempat berteduh
untuk
menyusun kata-kata.
Kita
menaruh kata pada lembar-lembar daun
angin
merubah arah hingga berserakan.
:hidup
tidak ditentukan oleh kata
miris
oleh lirik hati
dan
memendam cerita
atau
dongeng buah imaji
ah, kau
adalah milik duniamu.
Hilang 2
Pesan apalagi yang harus kusampaikan
Sebab kau adalah milik duniamu.
Sebentar
lagi malam menekan
bulan
tertutup awan
hujan
jadi gelombang
(kau
tetap milik duniamu)
Hilang 3
“Aku
kehilangan matahari
yang
bersayap kuning keemasan”
Tema :
Perasaan kecewa
Ditujukan
kepada : Ananda siswa kelas IX yang baru sembuh dari sakit namun kehilangan
keceriannya.
Cerita 1
Cerita
yang kau kirimkan lewat angin
sampai
pada kemuning daun
selisiknya
membekukan jantung
Pagi
itu, telah kau tinggalkan
ayat-ayat
harapan
matahari
cepat tenggelam
Bermainlah
seperti anak-anak kecil penuh impian.
malam
segera tiba sebab bulan merah jingga
menidurkan
kita dengan seribu cinta.
Fitri 1
Harusnya
di sini tempatmu
di ruang
kelas atau di mana saja yang kau suka
kursi-kursi
berderit pada dua sisi
gelisah
atas angka-angka,
tanganmu
menorehkan kalimat tak jelas
Tempat
itu segera tinggalkan
Sebab
penuh luka yang membius
Dengan
obat-obat penuh racun.
Senyummu
rindu segumpal awan
Menyonsong Kedatanganmu
Satu
atau seribu sama saja
Esok
pagi atau malam hari
Mati
dalam sepi
Tak
perlu takut
Tinggalkan
saja remah-remah dosa
Lalu
sapu bersih kilau dunia
Pulang
Pulang
secepat itu,
Matahari
di atas bukit
Sebut
saja namaMu
Agar
dapat mengenal tanda-tanda
Lewat
cahaya
Atau
kicau burung
Pulang
secepat itu,
Matahari
tenggelam
Melepas
tanda-tanda
Dalam
pertemuan terakhirmu.
Kembali
Ini tour
terakhir ke satu waktu
Ke batas
laut,
Ke batas
awan,
Ke batas
langit,
Ke
batas bintang-bintang
(nyanyikan
lagu merdu,
selagi
kita mampu)
Jalan
ini episode terakhir
Bus
melaju kencang dengan sayap
Langkah
Kita
tinggal menunggu
Selangkah
dua langkah
MAKA
Kau puja dunia melampaui keterbatasmu
di beli dengan uang korupsimu
tak pernah berbekas dan tak akan puas
Maka jadilah pahlawan selagi matahari
berbuah uang
selagi uang memerdekakan
keajaiban-keajaiban yang
memungkinkan ambisi untuk berkuasa
Senyumlah selagi bisa. Segumpal
daging,
setetes keringat rakyat melenguh
seperti sapi
kenikmatan tiada tara, kenyang oleh
nafsu biologismu yang tersalur lewat perempuan yang lenguhnya identik sapi
perah.
Kilau matahari karena gesekan ampelas
malas terbit. Ingin segera ke
Timur dengan lagu sendu
cahayanya tak asli lagi Kemilau
karbon dan rumah kaca
melapisi perempuan setengah dada
memamerkan kangker di kulit tipis di pori-pori.
UNTUKMU
Duniaku tanganmu telah sampai di
ujung gang busuk
tempat para penyelundup kutu busuk
arloji bermerek, laptop, hp
tanpa segel, dalam laci-laci plastik berderet dengan DVD, VCD, dan
film-film porno buatan Cina
Duniaku bukan hanya semakin
lelah hingga meramal kiamat 2012
Fantasi, fiktif atau phobia surga dan
neraka,fatwa-fatwa kiai dan para pendeta tak mengubah hidup para pemulung,
tukang beca, pedagang kaki lima,dan para buruh tani. Mereka adalah
kiamat itu sendiri.
Duniaku tanganmu kotor hingga dua
ribu dua belas kabut pada wajah-wajah para penakut. Khawatir emas mencair,
intan tak berkilau, uang-uang terbakar, mobil-mobil baby band tergerus arus.
Hingga, mereka mncari calo untuk membeli kiamat agar mereka selamat.
Maafkan aku ya Tuhan
Semua itu terjadi pada bangsaku
Negeri yang santun beragama,
Negeri kaya raya
Tetapi, para pedagang yang ramah,
hingga laut kehilangan ikan, hingga hutan kehilangan daun, hingga gunung
kehilangan tanah, hingga pohon kehilangan air.
BEBAS
Bebas seperti burung
Dan kita akan menepi
Di laut sunyi
Debur ombak yang gelisah
Layar mengepakkan sayapnya
Tubuhnya terbawa arus buih
Aku adalah nahkoda yang memutar
kehidupan
Engkau adalah burung belibis
Dalam pencarian
Yang akan mengembara
Dalam mata dan jiwa
BATAS
Berlabuh diantara dua muara
Tak sampai juga
Hingga karam di tengah samudra
Aku tenggelam dalam kedalaman
Dingin dan terasa asin mulutku
Kering jiwaku
Tenggelam dalam laut sunyi
Mata tak memiliki batas bayang
Nafas terhenti tak memiliki ruang
Senyum dikulum karena aku telah
sampai
Pada rentang waktu
TUT
Pagi hari selepas matahari menepi
Tubuh tak lagi bankit
komputer masih menyala
malam tadi bulan sembunyi
Pagi hari selepas matahari menepi
Tuttut keybord tetap menuliskan
kalimat-kalimat
Terdampar diketinggian jiwa
Mati bertebaran ditembok Jakarta
Tubuh tak dimiliki waktu
Selembar kain penutup auratku
Melepas paksa
Guling, bantal, dan dinding lari
dalam
Imaji menempuh seluruh alur
“dimanakah kau sembunyi?”
HARUSKAH
Haruskah kita berhenti disini
Di rumah tanpa atap
Di keteduhan langit
Haruskah kusembunyikan disini
Dilantai beralaskan tanah
Dikebekuan alami
Haruskah kita duduk disini
Beralaskan jiwa
Disirami gerimis
Emmm
LUKA
Hai, kenalkan dirimu
Jangan kau tutupi wajah dan topengmu
Biarkan aku menatap kegelisahan
Pada garis-garis hitammu atau
Bekas luka yang dibiarkan menganga
Hai,bukalah tutup wajahmu
Aku ingin mengenal lukamu
Apa ada luka bekas sayatan
Atau luka di wajahmu dibiarkan tanpa sembuh
KERTAS
KOSONG
Doaku telahkah sampai?
Jejaknya berada di lantai-lantai yang kau ijak
Doaku mungkin telah sampai
Telapak kakimu cerita tentang luka
Bahkan tetesan air mata tak hilang
Oleh lap pel atau pewangi lantai
Jejakmu menandai waktu
Diikuti bel tiga kali
Untuk rehat sejenak
Meninggalkan kemuakkan
Pedulikah pada keinginanmu
Atau sebentar lagi kau kikis kesaksian itu
Ayolah, kita tak perlu kekekalan
Hanya selembar kertas kosong saja
Yang kita isi.
JEJAK ISTERIKU I
Ulurkan tanganmu setelah itu selimuti
tubuh kita
Bisikkan kata-kata pengantar agar aku
hidup dalam cahayamu
Seperti yang pernah kita lakukan
sorga yang tak pernah putus
Telah lama kilaumu redup
Lilin yang kehabisan cahaya
Menutupi senyum dan gelak tawamu
Malam gulita sembunyi di matamu
Isteriku, wajah kita berbalut
luka
Tapi menyisakan kilatan mata
Kehidupan yang tak pernah redup
Bila sampai pada ketentuan
Isteriku, wajahku berbalut luka
Sebab dunia penuh luka
Godaan yang tak pernah diam
Mari kita selesaikan tak usah
bersembunyi
Isteriku, kita adalah kelelawar
Buah-buah yang kita kunyah lebih
manis
Tetapi tidak seluruhnya
Pahit yang kita rasakan adalah bagian
buah kehidupan
JEJAK ISTERIKU II
Isteriku, tidurlah
Kita rayakan pesta yang selalu tidak
pernah selesai
Dalam mimpi-mimpi sepanjang sisa
hidup
Jangan goreskan pisau dapurmu pada
lembaran daun tals
Tanpa kebeningan jiwa
Biarkan airnya menetes mengaliri
mimpi kita
Isteriku, lihatlah tubuh kita
Sebuah lukisan Maha Tuhan
Garis-garisnya ku kekenal sapuannya
halus
Karya berharga tak sekelas Piccaso
Isteriku, aku melihat cermin
Dekatkan tubuhmu
Kita memutar drama yang kita mainkan
Jangan ada yang terlewatkan
Hingga kau temukan mata rantai
tema kehidupan
JEJAK ISTERI 3
Isteriku, beri aku waktu untuk
menerjemahkan kalimatmu
Hingga tak ada kekeringan jiwamu
Hingga kau mampu memberi oase dari
dahaga dan rasa lapar
Isteriku, daun-daun dibelakang rumah
kita tak sehijau daun
Walau hujan
SEBELUM LEBARAN
Allohuakbar alloh maha besar
Ruang-ruang yang ku kosongkan tak
pernah kuisi
Hingga jalan ini terjal.
Allohuakbar alloh maha besar
Lewat jalan-jalan itu kakiku bergegas
Menemui sang khalik
Namun terlalu tergesa hingga aku lupa
Keterbatasan telah meredakan ambisiku
JEJAK MAWAR
Kucium merah mawar
Pada tubuh rapuhmu
Perlahan kebeningan menyusuri urat
nadi
Ada noda dalam darah
Ada luka
Dan mawar kini tak mekar
Mawar kini penuh duri
Racunnya menembus jantung
Lewati pori banjiri tubuh banjiri
hati
Mengapa bukankah kau mawar impian
kehidupan
Mawar kembalilah pada keharuman
Selagi mampu sebab kumbang
membutuhkan madumu
Yang memberi kedamaian abadi
Mawar tebarkan daunmu dikerendahan
hati
Jiwa suci pada kejernihan
Nyanyi Pagi
Kau mainkan irama pagi
Lewat kicau burung daun-basah pohon
pada tengadah
“selamat pagi ” rengek anak pada
putting ibunya
Aku ingin ibu tetap sehangat
matahari.
Kau mainkan sebuah lagu
Dari televise berwarna empat belas
inc
Daun-daun bergoyang memainkan lagu
dangdut
“anakku pagi ini kita jual tv agar
putting selalu berisi”
“jangan ibu, aku butuh jojo dan
sinta”
Dara manis yang jadi iklan sosis.
Aku ingin sosis yang diantarkan
bapak.
Sudah lama bapak tida pulang.
Bu, rumput di halaman kita berdiri
tingggi
Tapi aku tak pernah tinggi.
Sebab kata kawanku aku kurang gizi
Bu, mataku lelah
Aku lihat tanah lapang penuh
nanah
Selain tubuh lelah
Selimut merah
Bantal kumal
Aku lelah bu
Aku ingin pulang
Pulang ke senja matahari merah.
KUMPULAN PUISI SUNDA
Leungiteun I
Naon deui nu kudu ditepikeun
Sabab anjeun dunya nuboga
Sakeudeung deui poek mongkleng
Bulan katutup mega
Hujan jadi lambak
(anjeun tetep dunya nu boga)
Leungiteun 2
Kuring leungiteun panonpoe
Nu janjangana emas sinangling
Leungiteun 3
Waktu nu ngalir dina jajantung
Ngitung lengkah
Keur nyusun basa
neundeun basa dina daun lalambaran
Sanajan pegat harepan teu puguh
tujuan
Hirup ditangtukeun ku basa
peurih neundeun carita
dina dongeng lamunan
anjeun tetep dunya nu boga
Sabot Mulang
Hiji laratan nu can kapanggih
Ngetan,ngulon, ngaler,ngidul
Luhureun sirah jeung dampal suku
“Cenah leuwih deukeut tibatan tikoro”
Sabot mulang kalangkang gugupay
Tutunjuk belah dinya, belah dinya
Nu mudun handapeun caringin
“ Kumaha ngabagekeunnana”
Cangcaya
Ah, rek ngadon balik
Sugan papanggih jeung burok nu geulis
NGURUT ELMU 1
Babalikan
rek balik pikir
Neda
pidua ti sepuh
Isukan
jorag alamat
Nuntut
elmu dunya siar.
Pabaliut
ku budak santri
Adu
regeng jeung indung bapana
Ngarasa
teu betah ngarasa diteunteuinganeun
Bet
miceun ka tempat teu luyu jeung pamadegan.
Bet asa
disapirakeun.
Didieu
di sakola ieu,
Neundeun
betah ku jalma rea
Sanajan
taya batur salembur.
Didieu
di sakola ieu
Ngurut
elmu nu can tangtu
Ngudag
nu can aya larapan
Tapi
pasti didieu di sakola ieu
Pituduh anggeuhan pikahareupeun
“elmu
tuntut dunya siar.”
Lemah
cai kuring, 2009
NGURUT ELMU 2
Saha teu
sing aringhak
Teu kuat ku dikakaya
Mun teu
merenah dina babasan kalimah
Atawa
beja nu teu genah
Boa
saukur beja tapi tangtu.
Tangtu
maluruh keur cacarekan.
Saha teu
sing aringhak
Mun awak
asa pasiksak
Dalah
asa jiga cacah
Ditunjuk-tunjuk
ku curuk
Nutur-nutur
irung
Nutur-nutur
suku.
Ti heula
seubeuh kunu nabeuh keukeuh
Pamohalan
kasalahan,
Ayeuna
teusieun, teuneung jeung ludeung
Mereketkeun pamadegan pikeun ngurut
elmu
Jampe paeh jampe neleh.
Bumi simkuring,2009
NGURUT ELMU 3
Duh, sanajan geus tepung taun
Dilelemah bet asa merenah
Semah bet jadi imah
Betah,
betah sahempakan dina samak saheulay
Jeung
batur nu jadi dulur.
(Hirup
sakotret korek api,
Tangtu,
tangtu bakal papisah)
Duh, beurat nyuhun beurat nanggung
Paturay jeung babaturan dina
waktu nu geus tangtu, loba basa nu can tuntas pikeun neumbleuhkeun katugenah
dina manah, pikeun neumbleuhkeun ka suka na carita.
(hirup
ibarat alur nu hirup dina carita)
Bet asa betah ngumpul jeung babaturan
Balakecrakan
moro bekel kolot sewang-sewangan
Coklat,
bronis, jeung kerak dodol
Sakedapan
lumpat kana hanapeun bantal
Puguh
bala-bala, gehu, jeung tahu
Lalar
liwat kana beuteung
Jiga
laleur nu lalieur
“sunhanallah” asar geus ninggang
wanci,
“Hayu
urang solat, hayu urang solat.”
(Cai
ngalemereh dina ati)
Padumukan ati, 2009
Lalangse
Ombak
ngaguruh dina dada
Ting
jelegur neumbrakan karang
Ngombang-ngambingkeun
parahu lamunan
Padahal
ngan saukur gerentes
Weleh
teu kaubaran
Keukeuh
dada jadi lautan teu genah
Sanajan
laut geus saat
Parahu
meh teu beber layar
Kiwari
tiupna angin
Bet
gugupay
Megatkeun
nu muru jeung di buru
Sanajan teu kungsi rengse
Pok na, “cag belah dieu, hirup geus
tepi ka jorag.”
Bral
Bral anaking geura jadi laut
Nu nabeuh lalangse hate
Bral anaking geura jadi langit
Jieun awahan ati
Pependem ati basa ngiles kasorenakeun
pada-pada
ngolembar
pada-pada
embung
pada-pada
sieun
sok
sanajan can tangtu
can tangtu
can kasawang
rek kumaha
kumaha
engke
nu rek
disorang
Bulan
naon ieu
nu ngeleketek hate nyaliksik ati
jantung
geterna taya ambahan
basa
bulan sabeulah ngiceupan di luhureun sirah
ah,
mungguhing Allah
bulan
asa batur heureuy
batur
sondah atawa galah
ucing
sumput sasalimpetan
naon ieu
ngeleketek hate nyaliksik ati
da bulan
teu cangkeureuheun moekan hate
malah
bageur nuturkeun lalangse hate
batur keueung, batur keueung.
Balik
Clakna
cai meh teu kadenge
Sanaos
ngocor tina pancuran hate
Keukeuh
da moal iasa kaubaran, pageuh
Pasalingsinganna
pikir
Kudu
kumaha, kudu kumaha
Pan
sakieu angkeubna hujan taya eureuna
Moal
matak eureun disinglar jampe pamake
Da
meh cumpon kana papasten
Isukan
pegat di walungan
Belah
kenca aya totonde
Kuring
balik ka lemah cai
Lemah
cai kuring.
Surat keur ….1
Naha tos
katampi hideungna mangsi
Nu
benten ti sasari
Bilih
inggis ku bisi
Pan
urang kantos meuntas
Saalur
dina carios.
Naha tos
katampi katumbiri dina ati
Sateuacan magrib di sisi walungan
citanduy
Ngebrehkeun dada belah kenca
Nu pinuh ku tagiwur dor darna gelap
Nyamberan
luhureun sirah .
Surat keur……2
Panginten
moal waka meuntas
Mun
walungan pinuh ku kaceuceub
parahu
malah jadi hahalang
Rek
nyorang kadaratan.
Moal,
moal tiasa meuntas
Mun
walungan saukur jalan keur meuntas
Pan
jambatan meh tara dipake
Batan
maksa meuntaskeun hirup nu teu sarua.
Tan,
Padumukan katineung, 2008
Tutugan
Naha
tutugan bet asa nanjak.
Di Tutugan
Di dieu palebah dieu
Panon poe ruhayna meulah taneuh
Di dieu jajantung tandon ka wani
Muru nu mela lemah cai
Di dieu leutak campur
getih
Sanggeus pager bitis ninggang wanci
Toha jeung Ramdhan
Runtuyan malati seungit palebah
kidul
Dua panganten nembongkeun ka ludeung
Teger dina maksud
Hamo bakal incah
Ngucap dua kalimah sahadah
Geus nepi ka titik
Haseup ngebul di bélah kidul
Sora degung ngungkung meulah langit
ka tujuh
Ngahiap nu bela pati
Melaan lemah cai
Naon Ngudag Naon
Naon ngudag naon
Mun sakadar jiga
Sabab loba waktu keur tafakur
Pahlawan teu kudu di penta
Gelar purah pangbibita
Padahal lalakon teu merenah
Asa loba tanda jasa
Duh, nyaah sihoreng balik ka lampah