Minggu, 19 Februari 2012


TKW

(Tenaga Kerja Wanita)

 

Tanggal 28 Februari yang lalu, tepatnya hari Sabtu saya pergi ke Sukabumi. Pukul 9 saya berangkat dengan naik elef ke terminal Leuwi Panjang. Sampai di Leuwi Panjang saya naik Bus AC jurusan Sukabumi. Apa yang menarik dari perjalanan saya itu?

Dasar orang kampung dan lahir dari kampong yang masyarakatnya juga tidak jauh berbeda, naik bis AC bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bis AC malah membuat saya tersiksa. Pulang pergi ke WC dan tubuh menggigil walaupun ac di tempat diduk saya dimatikan. Kampungan saya bertambah ketika banyak kekhatiran yang sering saya dengan apabila berada di mobil atau bis. Ketakutan diberi minuman bius sampai curiga hipnotis. Memang ini jaman edan yang serba edan, itulah yang dilontarkan Ranggo Warsito pujangja jawa edan.

Ketakutan menjadi heralasan kerika dihubungkan dengan dugaan-dugaan pujangga tersebut. Sebab ternyata, keedanan orang Indonesia melalukan kejahan sudah tidak memiliki pri kemanusian yang ada adalah pri kebinatangan. Wajar, jika saya takut oleh kejahatan tersebut apalagi saya tukang molor di bis.  Tetapi nasib saya beruntung saat itu dan tidak terjadi apa-apa. Alhamdulillah Allah sangat baik walaupun saya sering berburuk sangka padaNya.

Tiba di Sukabumi dan setelah turun dari bis, kampungan saya muncul lagi. Selain kedinginan, kini ditambah sakit kepala dan terpaksa saya minum obat sakit kepala. Tapi, silaturahmi dengan orang tua, kakak, adik, dan keponakan menyembuhkan saya secepat angina.

Kedatangan saya ke Sukabumi bukan saja menengok orang tua yang sedang sakit, tetapi ada keinginan saya untuk bertemu dengan keponakan yang tinggal di Arab Saudi sebagai TKW. Semula tidak ada apa-apa dalam pertemuan itu. Semua santai, ketawa-ketiwi, dan tentu orang Indonesia selalu melengkapi obrolan dengan makanan. Hal ini terjadi sampai larut malam sampai semua orang merasakan kantuk.

Tidur pada situasi itu tentu bukanlah kepulasan yang didapat tetapi tidur dengan otak melek. Biasanya, tempat tidur menjadi sembarang. Bisa di kamar tidur, gelar karpet di ruang TV, atau kursi depan yang pavorit. Saya kebetulan tidur dikursi yang berdekatan dengan ruang TV yang kebetulan keponakan yang jadi TKW tidur di ruang TV.

Pukul dua malam saya terbangun. Di ruang TV ada yang menangis dan sangat menyayat. Tangisnya menyimpan duka luar biasa. Seolah ada penderitaan yang membekas pada setiap jengkal tubuhnya. Saya bangun, menghampiri ruang tv dan keponakan sayalah yang menangis. Perasaannya saya biasanya cepat sekali perasa. Saya peluk keponakan saya dan kucium rambutnya. Tak ada kata yang saya sampaikan untuk meredam tangisnya. Namun, saya bisa merasakan penderitaannya. Inilah perasaan dia yang digambarkan menurut versi saya.

Menjadi TKW tidaklah menyenagkan. TKW adalah pembantu dengan gelar SB.a (Sarjana babu arab). Itu menurut kata-kata plesetan mereka. Ketika itu terlontar dari perkataan keponakan saya, saya tertawa dengan kegetiran luar biasa. Wajar apabila saya tidak bisa tidur jika mendengar kisah mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar