Minggu, 19 Februari 2012

SESELEKET


PUISI - PUISI INDONESIA

Indonesia Merdeka

Kau puja dunia melampaui keterbatasmu
di beli dengan uang korupsimu
tak pernah berbekas dan tak akan puas

Maka jadilah pahlawan selagi matahari berbuah uang
selagi uang memerdekakan keajaiban-keajaiban yang
memungkinkan ambisi untuk berkuasa

Senyumlah selagi bisa. Segumpal daging,
setetes keringat rakyat melenguh seperti sapi
kenikmatan tiada tara, kenyang oleh nafsu biologismu yang tersalur lewat perempuan yang lenguhnya identik sapi perah.

Kilau matahari karena gesekan ampelas
malas terbit. Ingin segera  ke Timur dengan lagu sendu
cahayanya tak asli lagi Kemilau karbon dan rumah kaca
melapisi perempuan setengah dada memamerkan kangker di kulit tipis di pori-pori.


UNTUK NEGARA

Duniaku tanganmu telah sampai di ujung gang busuk
tempat para penyelundup kutu busuk
arloji bermerek, laptop, hp  tanpa segel, dalam  laci-laci plastik  berderet dengan DVD, VCD, dan film-film porno buatan Cina

Duniaku bukan hanya  semakin lelah hingga meramal kiamat 2012
Fantasi, fiktif atau phobia surga dan neraka,fatwa-fatwa kiai dan para pendeta tak mengubah hidup para pemulung, tukang beca, pedagang kaki lima,dan  para buruh tani. Mereka adalah kiamat itu sendiri.

Duniaku tanganmu kotor hingga dua ribu dua belas kabut pada wajah-wajah para penakut. Khawatir emas mencair, intan tak berkilau, uang-uang terbakar, mobil-mobil baby band tergerus arus. Hingga, mereka mncari calo untuk membeli kiamat agar mereka selamat.

Maafkan aku ya Tuhan
Semua itu terjadi pada bangsaku
Negeri yang santun beragama,
Negeri kaya raya
Tetapi, para pedagang yang ramah, hingga laut kehilangan ikan, hingga hutan kehilangan daun, hingga gunung kehilangan tanah, hingga pohon kehilangan air.

Hilang I

(You will never know the deep despair of those
Whose life is aimless and void of vurvose)

kemudian waktu mengalir  pada detak jantung
menghitung setiap pertemuan lalu pergi
hingga  kehilangan tempat berteduh
untuk menyusun kata-kata.

Kita menaruh kata pada lembar-lembar daun
angin merubah arah hingga berserakan.

:hidup tidak ditentukan oleh kata

miris oleh lirik hati
dan memendam cerita
atau dongeng buah imaji

ah, kau adalah milik duniamu.

Hilang 2

Pesan apalagi yang harus kusampaikan
Sebab kau adalah milik duniamu.

Sebentar lagi malam menekan
bulan tertutup awan
hujan jadi gelombang

(kau tetap milik duniamu)

Hilang 3

“Aku kehilangan matahari
yang bersayap kuning keemasan”

Tema : Perasaan kecewa
Ditujukan kepada : Ananda siswa kelas IX yang baru sembuh dari sakit namun kehilangan keceriannya.


Cerita  1

Cerita yang kau kirimkan lewat angin
sampai pada kemuning daun
selisiknya membekukan jantung

Pagi itu, telah kau tinggalkan
ayat-ayat harapan
matahari cepat tenggelam

Bermainlah seperti anak-anak kecil  penuh impian.
malam segera tiba sebab bulan merah jingga
menidurkan kita dengan seribu cinta.


Fitri 1

Harusnya di sini tempatmu
di ruang kelas atau di mana saja yang kau suka

kursi-kursi berderit pada dua sisi
gelisah atas angka-angka,
tanganmu menorehkan kalimat tak jelas

Tempat itu segera tinggalkan
Sebab penuh luka yang membius
Dengan obat-obat penuh racun.

Senyummu rindu segumpal awan

Menyonsong Kedatanganmu

Satu atau seribu sama saja
Esok pagi atau malam hari
Mati dalam sepi

Tak perlu takut
Tinggalkan saja remah-remah dosa
Lalu sapu bersih kilau dunia

Pulang

Pulang secepat itu,
Matahari di atas bukit

Sebut saja namaMu
Agar dapat mengenal tanda-tanda
Lewat cahaya
Atau kicau burung

Pulang secepat itu,
Matahari tenggelam
Melepas tanda-tanda
Dalam pertemuan terakhirmu.


Kembali

Ini tour terakhir  ke satu waktu
Ke batas laut,
Ke batas awan,
Ke batas  langit,
Ke batas  bintang-bintang
(nyanyikan lagu merdu,
selagi kita mampu)

Jalan ini episode terakhir
Bus melaju kencang dengan sayap

Langkah

Kita tinggal menunggu
Selangkah dua langkah


MAKA

Kau puja dunia melampaui keterbatasmu
di beli dengan uang korupsimu
tak pernah berbekas dan tak akan puas

Maka jadilah pahlawan selagi matahari berbuah uang
selagi uang memerdekakan keajaiban-keajaiban yang
memungkinkan ambisi untuk berkuasa

Senyumlah selagi bisa. Segumpal daging,
setetes keringat rakyat melenguh seperti sapi
kenikmatan tiada tara, kenyang oleh nafsu biologismu yang tersalur lewat perempuan yang lenguhnya identik sapi perah.

Kilau matahari karena gesekan ampelas
malas terbit. Ingin segera  ke Timur dengan lagu sendu
cahayanya tak asli lagi Kemilau karbon dan rumah kaca
melapisi perempuan setengah dada memamerkan kangker di kulit tipis di pori-pori.


UNTUKMU

Duniaku tanganmu telah sampai di ujung gang busuk
tempat para penyelundup kutu busuk
arloji bermerek, laptop, hp  tanpa segel, dalam  laci-laci plastik  berderet dengan DVD, VCD, dan film-film porno buatan Cina

Duniaku bukan hanya  semakin lelah hingga meramal kiamat 2012
Fantasi, fiktif atau phobia surga dan neraka,fatwa-fatwa kiai dan para pendeta tak mengubah hidup para pemulung, tukang beca, pedagang kaki lima,dan  para buruh tani. Mereka adalah kiamat itu sendiri.

Duniaku tanganmu kotor hingga dua ribu dua belas kabut pada wajah-wajah para penakut. Khawatir emas mencair, intan tak berkilau, uang-uang terbakar, mobil-mobil baby band tergerus arus. Hingga, mereka mncari calo untuk membeli kiamat agar mereka selamat.

Maafkan aku ya Tuhan
Semua itu terjadi pada bangsaku
Negeri yang santun beragama,
Negeri kaya raya
Tetapi, para pedagang yang ramah, hingga laut kehilangan ikan, hingga hutan kehilangan daun, hingga gunung kehilangan tanah, hingga pohon kehilangan air.


BEBAS

Bebas seperti burung
Dan kita akan menepi
Di laut sunyi
Debur ombak yang gelisah
Layar mengepakkan sayapnya
Tubuhnya terbawa arus buih
Aku adalah nahkoda yang memutar kehidupan
Engkau adalah burung belibis
Dalam pencarian
Yang akan mengembara
Dalam mata dan jiwa


BATAS

Berlabuh diantara dua muara
Tak sampai juga
Hingga karam di tengah samudra
Aku tenggelam dalam kedalaman
Dingin dan terasa asin mulutku
Kering jiwaku

Tenggelam dalam laut sunyi
Mata tak memiliki batas bayang
Nafas terhenti tak memiliki ruang
Senyum dikulum karena aku telah sampai
Pada rentang waktu


TUT

Pagi hari selepas matahari menepi
Tubuh tak lagi bankit
komputer masih menyala
malam tadi bulan sembunyi

Pagi hari selepas matahari menepi
Tuttut keybord tetap menuliskan kalimat-kalimat
Terdampar diketinggian jiwa
Mati bertebaran ditembok Jakarta
Tubuh tak dimiliki waktu
Selembar kain penutup auratku
Melepas paksa
Guling, bantal, dan dinding lari dalam
Imaji menempuh seluruh alur
“dimanakah kau sembunyi?”


HARUSKAH

Haruskah kita berhenti disini
Di rumah tanpa atap
Di keteduhan langit

Haruskah kusembunyikan disini
Dilantai beralaskan tanah
Dikebekuan alami

Haruskah kita duduk disini
Beralaskan jiwa
Disirami gerimis
Emmm


LUKA

Hai, kenalkan  dirimu
Jangan kau tutupi wajah dan topengmu
Biarkan aku menatap kegelisahan
Pada garis-garis hitammu atau
Bekas luka yang dibiarkan menganga
Hai,bukalah tutup wajahmu
Aku ingin mengenal lukamu
Apa ada luka bekas sayatan
Atau luka di wajahmu dibiarkan tanpa sembuh


KERTAS KOSONG

Doaku telahkah sampai?
Jejaknya berada di lantai-lantai yang kau ijak

Doaku mungkin telah sampai
Telapak kakimu cerita tentang luka
Bahkan tetesan air mata tak hilang
Oleh lap pel atau pewangi lantai

Jejakmu menandai waktu
Diikuti bel tiga kali
Untuk rehat sejenak
Meninggalkan kemuakkan

Pedulikah pada keinginanmu
Atau sebentar lagi kau kikis kesaksian itu

Ayolah, kita tak perlu kekekalan
Hanya selembar kertas kosong saja
Yang kita isi.


JEJAK ISTERIKU I

Ulurkan tanganmu setelah itu selimuti tubuh kita
Bisikkan kata-kata pengantar agar aku hidup dalam cahayamu
Seperti yang pernah kita lakukan sorga yang tak pernah putus

Telah lama kilaumu redup
Lilin yang kehabisan cahaya
Menutupi senyum dan gelak tawamu
Malam gulita sembunyi di matamu

Isteriku,  wajah kita berbalut luka
Tapi menyisakan kilatan mata
Kehidupan yang tak pernah redup
Bila sampai pada ketentuan

Isteriku, wajahku berbalut luka
Sebab dunia penuh luka
Godaan yang tak pernah diam
Mari kita selesaikan tak usah bersembunyi

Isteriku, kita adalah kelelawar
Buah-buah yang kita kunyah lebih manis
Tetapi tidak seluruhnya
Pahit yang kita rasakan adalah bagian buah kehidupan


JEJAK ISTERIKU II

Isteriku, tidurlah
Kita rayakan pesta yang selalu tidak pernah selesai
Dalam mimpi-mimpi sepanjang sisa hidup
Jangan goreskan pisau dapurmu pada lembaran daun tals
Tanpa kebeningan jiwa
Biarkan airnya menetes mengaliri mimpi kita

Isteriku, lihatlah tubuh kita
Sebuah lukisan Maha Tuhan
Garis-garisnya ku kekenal sapuannya halus
Karya berharga tak sekelas Piccaso

Isteriku, aku melihat cermin
Dekatkan tubuhmu
Kita memutar drama yang kita mainkan
Jangan ada yang terlewatkan
Hingga kau  temukan mata rantai tema kehidupan

JEJAK ISTERI 3

Isteriku, beri aku waktu untuk menerjemahkan kalimatmu
Hingga tak ada kekeringan jiwamu
Hingga kau mampu memberi oase dari dahaga dan rasa lapar

Isteriku, daun-daun dibelakang rumah kita tak sehijau daun
Walau hujan


SEBELUM   LEBARAN

Allohuakbar alloh maha besar
Ruang-ruang yang ku kosongkan tak pernah kuisi
Hingga jalan ini terjal.

Allohuakbar alloh maha besar
Lewat jalan-jalan itu kakiku bergegas
Menemui sang khalik
Namun terlalu tergesa hingga aku lupa
Keterbatasan telah meredakan ambisiku

JEJAK MAWAR
Kucium merah mawar
Pada tubuh rapuhmu
Perlahan kebeningan menyusuri urat nadi
Ada noda dalam darah
Ada luka
Dan mawar kini tak mekar

Mawar kini penuh duri
Racunnya menembus jantung
Lewati pori banjiri tubuh banjiri hati
Mengapa bukankah kau mawar impian kehidupan

Mawar kembalilah pada keharuman
Selagi mampu sebab kumbang membutuhkan madumu
Yang memberi kedamaian abadi

Mawar tebarkan daunmu dikerendahan hati
Jiwa suci pada kejernihan

Nyanyi Pagi
Kau mainkan irama pagi
Lewat kicau burung daun-basah pohon pada tengadah
“selamat pagi ” rengek anak pada putting ibunya
Aku ingin ibu tetap sehangat matahari.
Kau mainkan sebuah lagu
Dari televise berwarna empat belas inc
Daun-daun bergoyang memainkan lagu dangdut
“anakku pagi ini kita jual tv agar putting selalu berisi”

“jangan ibu, aku butuh jojo dan sinta”
Dara manis yang jadi iklan sosis.
Aku ingin sosis yang diantarkan  bapak.
Sudah lama bapak tida pulang.
Bu, rumput di halaman kita berdiri tingggi
Tapi aku tak pernah tinggi.
Sebab kata kawanku aku kurang gizi
Bu, mataku lelah
Aku lihat tanah  lapang penuh nanah
Selain tubuh lelah
Selimut merah
Bantal kumal
Aku lelah bu
Aku ingin pulang
Pulang ke senja matahari merah.


KUMPULAN PUISI SUNDA

Leungiteun I

Naon deui nu kudu ditepikeun
Sabab anjeun dunya nuboga

Sakeudeung deui poek mongkleng
Bulan katutup mega
Hujan jadi lambak

(anjeun tetep dunya nu boga)

Leungiteun 2

Kuring leungiteun panonpoe
Nu janjangana emas sinangling

Leungiteun 3

Waktu nu ngalir dina jajantung
Ngitung lengkah
Keur nyusun basa

neundeun basa dina daun lalambaran
Sanajan pegat harepan teu puguh tujuan

Hirup ditangtukeun ku basa
peurih neundeun carita
dina dongeng lamunan

anjeun tetep dunya nu boga


Sabot Mulang

Hiji laratan nu can kapanggih
Ngetan,ngulon, ngaler,ngidul
Luhureun sirah jeung dampal suku
“Cenah leuwih deukeut tibatan tikoro”

Sabot mulang kalangkang gugupay
Tutunjuk belah dinya, belah dinya
Nu mudun handapeun caringin
“ Kumaha ngabagekeunnana”


Cangcaya

Ah, rek ngadon balik
Sugan papanggih jeung burok nu geulis



NGURUT ELMU  1

Babalikan rek balik pikir
Neda pidua ti sepuh
Isukan jorag alamat
Nuntut elmu dunya siar.

Pabaliut ku budak santri
Adu regeng jeung indung bapana
Ngarasa teu betah ngarasa diteunteuinganeun
Bet miceun ka tempat teu luyu jeung pamadegan.
Bet asa disapirakeun.

Didieu di sakola ieu,
Neundeun betah ku jalma rea
Sanajan taya batur salembur.

Didieu di sakola ieu
Ngurut elmu nu can tangtu
Ngudag nu can aya larapan
Tapi pasti didieu di sakola ieu
Pituduh anggeuhan pikahareupeun
“elmu tuntut dunya siar.”

Lemah cai kuring, 2009

NGURUT ELMU  2

Saha teu sing aringhak
Teu kuat ku dikakaya
Mun teu merenah dina babasan kalimah
Atawa beja nu teu genah
Boa saukur beja tapi tangtu.
Tangtu maluruh keur cacarekan.

Saha teu sing aringhak
Mun awak asa pasiksak
Dalah asa jiga cacah
Ditunjuk-tunjuk ku curuk
Nutur-nutur irung
Nutur-nutur suku.

Ti heula seubeuh kunu nabeuh keukeuh
Pamohalan kasalahan,
Ayeuna teusieun, teuneung jeung ludeung
Mereketkeun pamadegan pikeun ngurut elmu
Jampe paeh jampe neleh.

                                                                                                  Bumi simkuring,2009


NGURUT ELMU  3

Duh, sanajan geus tepung taun
Dilelemah bet asa merenah
Semah bet jadi imah
Betah, betah sahempakan dina samak saheulay
Jeung batur nu jadi dulur.

(Hirup sakotret korek api,
Tangtu, tangtu bakal papisah)

Duh, beurat nyuhun beurat nanggung
Paturay jeung babaturan  dina waktu nu geus tangtu, loba basa nu can tuntas pikeun neumbleuhkeun katugenah dina manah, pikeun neumbleuhkeun ka suka na carita.

(hirup ibarat alur nu hirup dina carita)

Bet asa betah ngumpul jeung babaturan
Balakecrakan moro bekel kolot sewang-sewangan
Coklat, bronis, jeung kerak dodol
Sakedapan lumpat kana hanapeun bantal
Puguh bala-bala, gehu, jeung tahu
Lalar liwat kana beuteung
Jiga laleur nu lalieur
“sunhanallah” asar geus ninggang wanci,
“Hayu urang solat, hayu urang solat.”

(Cai ngalemereh dina ati)

                                                                         Padumukan ati, 2009


Lalangse

Ombak ngaguruh dina dada
Ting jelegur neumbrakan karang
Ngombang-ngambingkeun parahu lamunan
Padahal ngan saukur gerentes

Weleh teu kaubaran
Keukeuh dada jadi lautan teu genah
Sanajan laut geus saat
Parahu meh teu beber layar

Kiwari tiupna angin
Bet gugupay
Megatkeun nu muru jeung di buru
Sanajan  teu kungsi rengse
Pok na, “cag belah dieu, hirup geus tepi ka jorag.”


Bral

Bral anaking geura jadi laut
Nu nabeuh lalangse hate

Bral anaking geura jadi langit
Jieun awahan ati

Pependem ati basa ngiles kasorenakeun
pada-pada ngolembar
pada-pada embung
pada-pada sieun
sok sanajan can tangtu

can tangtu
can kasawang
rek kumaha
kumaha engke
nu rek disorang



Bulan

naon ieu nu ngeleketek hate nyaliksik ati
jantung geterna taya ambahan
basa bulan sabeulah ngiceupan di luhureun sirah

ah, mungguhing Allah
bulan asa batur heureuy
batur sondah atawa galah
ucing sumput sasalimpetan

naon ieu ngeleketek hate nyaliksik ati
da bulan teu cangkeureuheun moekan hate
malah bageur nuturkeun lalangse hate
batur keueung, batur keueung.


Balik

Clakna cai meh teu kadenge
Sanaos ngocor tina pancuran hate
Keukeuh da moal iasa kaubaran, pageuh

Pasalingsinganna pikir
Kudu kumaha, kudu kumaha
Pan sakieu angkeubna hujan taya eureuna
Moal matak eureun disinglar jampe pamake
Da meh cumpon kana papasten
Isukan pegat di walungan
Belah kenca aya totonde
Kuring balik ka lemah cai
Lemah cai kuring.



Surat keur  ….1

Naha tos katampi hideungna mangsi
Nu benten ti sasari
Bilih inggis ku bisi
Pan urang kantos meuntas
Saalur dina carios.

Naha tos katampi katumbiri dina ati
Sateuacan magrib di sisi walungan citanduy
Ngebrehkeun dada belah kenca
Nu pinuh ku tagiwur dor darna gelap
Nyamberan luhureun sirah .


Surat keur……2

Panginten moal waka meuntas
Mun walungan pinuh ku kaceuceub
parahu malah jadi hahalang
Rek nyorang kadaratan.

Moal, moal tiasa meuntas
Mun walungan saukur jalan keur meuntas
Pan jambatan meh tara dipake
Batan maksa meuntaskeun hirup nu teu sarua.

Tan, Padumukan katineung, 2008


Tutugan

Naha tutugan bet asa nanjak.

Di Tutugan

Di dieu palebah dieu
Panon poe ruhayna meulah taneuh

Di dieu jajantung tandon ka wani
Muru nu mela lemah cai

Di dieu  leutak campur  getih
Sanggeus pager bitis ninggang wanci


Toha jeung Ramdhan

Runtuyan malati  seungit palebah kidul
Dua panganten nembongkeun ka ludeung
Teger dina maksud
Hamo bakal incah
Ngucap dua kalimah sahadah

Geus nepi ka titik

Haseup ngebul di bélah kidul
Sora degung ngungkung meulah langit ka tujuh
Ngahiap nu bela pati
Melaan lemah cai


Naon Ngudag Naon

Naon ngudag naon
Mun sakadar jiga
Sabab loba waktu keur tafakur

Pahlawan teu kudu di penta
Gelar purah pangbibita
Padahal lalakon teu merenah
Asa loba tanda jasa

Duh, nyaah sihoreng balik ka lampah






Tidak ada komentar:

Posting Komentar