Minggu, 19 Februari 2012

Cerita Rakyat Cihanyir


Cerita Rakyat Cihanyir

Diceritakan, ada satu kampung yang ada di desa Cikancung. Ada satu perkampungan yang dinamakan kampung Sindangsari, kalau sekarang lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Sukahurip. Mengingat perkataan yang diterima dari para orangtua yang masih ada di tempat tersebut diceritakan ada satu pohon kiara yang memiliki keanehan.

Dalam pohon Kiara tersebut ada sesuatu yang mirip dengan lutut manusia, yang ada di batangnya pohon. Oleh karena itu, pohon tersebut dinamakan Kiara Tuur (Bahasa Sunda). Katanya juga, pohon kiara tersebut suka mengeluarkan darah di batang tubuhnya, tidak tahu dari mana asalnya. Katanya juga, kalau pohon kiara tersebut mengeluarkan darah berarti akan terjadi peristiwa. Kalau umurnya pohon tersebut tidak ada yang tahu karena pohon kiara tersebut telah ada dari zaman dahulu. Tetapi, pohon kiara tersebut zaman sekarang sudah tidak ada lagi bentuknya, dikarenakan sudah berusia tua sekali. Dari mulai kering sampai pohon itu runtuh. Katanya juga tidak ada bekas-bekasnya sama sekali.

Ada keanehan, berdasarkan cerita dari orangtua ketika pohon kiara runtuh, ada satu pohon yang tumbuh di bekas runtuhnya pohon kiara. Tangkal tersebut seperti pohon beringin. Ada yang menyebutkan bahwa pohon beringin tersebut anaknya pohon kiara. Padahal kenyataannya tetap saja pohon beringin.

Selebihnya dari itu, sudah banyak yang tahu bahwa tempat yang ada pohon kiara tersebut begitu gersang dan angker. Sampai sekarang juga hawa angker masih terasa. Penyebab tempat tersebut angker karena tempat tersebut katanya tempat berdiamnya para makhluk halus penunggu tempat tersebut seperti jin. Katanya juga di tempat itu ada keraton bangsa jin.

Ceritanya, ada tiga orang santri yang tinggal di pesantren tersebut. Suatu waktu, mereka disuruh oleh guru ngajinya untuk membenarkan air yang ada di kolam ikan miliknya. Waktu itu tengah malam. Santri yang tiga orang tersebut satu-satunya bernama Mang Yaman, Mang Eeh dan Mang Eman. Ketika mereka sedang bekerja, Mang Eman melirik ke pohon beringin bekas runtuhnya pohon kiara tuur (Bahasa Sunda). Dia melihat seberkas cahaya terang sekali. Kemudian, dia mendekati pohon tersebut karena penasaran ingin melihat yang bercahaya terang itu. Ketika dia mengamati secara teliti, ternyata yang bercahaya itu salah satu akar pohon caringin.

Mang Eman berkata dalam hatinya, dia ingin memiliki akar tersebut karena menurutnya akar tersebut bukan akar sembarangan. Kemudian, dia memotong akar tersebut dengan golok. Ketika dipotong dan dicabut, akar tersebut tiba-tiba berubah seperti bentuk keris. Dikarenakan pekerjaannya telah selesai, Mang Eman membawa keris tersebut ke pondoknya. Selanjutnya, dia memberitahu teman-temannya bahwa dia telah menemukan keris dari akar pohon beringin.

Ketika Mang Eman bercerita kepada teman-temannya, tiba-tiba dia kesurupan. Mang Eeh dan Mang Yaman kaget. Mang Eman berbicara supaya akar yang berbentuk keris tersebut harus dikembalikan lagi ke asalnya karena dia tidak berhak memilikinya. Kalau tidak dikembalikan, dia akan celaka.

Dikarenakan ketakutan, Mang Yaman dan Mang Eeh mengembalikan keris tersebut ke asalnya. Mereka pun sampai menempelkan kembali ke akar yang telah dipotong oleh Mang Eman.  Setelah keris tersebut diletakkan kembali  ke asalnya, tiba-tiba keris tersebut menjadi akar lagi. Ketika mereka kembali ke kobong, Mang Eman yang kesurupan langsung sembuh pas itu juga.

Siangnya, Mang Eeh penasaran dengan kejadian yang semalam. Dia mendatangi kembali tangkal beringin tersebut. Tujuannya melihat lagi akar tersebut bagaimana bentuk aslinya jika waktu siang. Mang Eeh dengan teliti melihat-lihat akar yang telah pasangnya. Akar yang semalam dia dan Mang Yaman sambungkan kembali ternyata sudah menghilang.  Sampai sekarang akar tersebut tidak pernah muncul lagi, dan tidak ada lagi kejadian-kejadian yang seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar